Aku dan kamu bertemu di sekolah
ini, tempat kamu mengajar. Aku adalah guru pindahan. Kita mengajar mata
pelajaran yang sama, Bahasa Inggris. Aku banyak bertanya padamu tentang sistem
mengajar dan kebiasaan yang ada di sekolah ini. Awal-awalnya aku mendekatimu
karena mata pelajaran yang kita ajarkan sama, lalu sering sharing. Dari situ awalnya kita lalu menjadi dekat. Semakin dekat,
sering hangout bareng, kadang
mengoreksi ujian sama-sama.
Apalagi kalau sudah awal semester
kita pasti sama-sama kelimpungan mengerjakan RPP. Hal yang paling nggak kamu
suka, semenjak KKN waktu kuliah dulu, hehe. Kalau sudah begitu, aku hanya akan tersenyum
dan terus saja melanjutkan mengerjakan sambil terus memotivasimu. Hari minggu
kita akan terus berada di apartemenmu untuk terus mengerjakannya.
Kita saling mengisi layaknya
sahabat. Tapi apa benar kamu cuma menganggapku sahabat? Kalau aku….ehmm Ah,
sudahlah. Aku tak ingin berharap lebih padamu. Walau selama aku mengenalmu,
kamu tak pernah menceritakan satu lelakipun. Curhatanmu hanya sebatas tentang
murid-murid dan sedikit tentang keluargamu.
Apa ini memang trikmu untuk
membukakan pintu untukku? Argggh, apaan sih. Kenapa aku jadi berharap banyak
gini? Udah, udah. Rasanya menjijikkan sekali aku bicara seperti itu. Aku saja
tak yakin kamu memiliki rasa yang sama. Berharap begini hanya akan membuatku
terserang virus galaunya anak-anak remaja.
Usia kita memang tak jauh berbeda,
ya bisa dibilang kita sebenarnya satu angkatan. Kamu adalah wanita mandiri yang
manis dan anggun. Yang paling aku suka adalah senyummu yang bisa membuat
penatku runtuh seketika. Selera humor kita juga sama. Itulah mengapa aku selalu
nyaman bersamamu.
Tapi, dibalik itu semua, aku tahu
kamu adalah seseorang yang merindukan kekasih. Aku mengerti dari
tulisan-tulisanmu yang setiap hari kamu update di blog pribadimu. Aku suka
membaca tulisan-tulisanmu. Kamu seringnya menulis cerpen. Awalnya tulisanmu
bercerita tentang senengnya jadi single,
tapi beberapa bulan ini tulisanmu sedih terus ending-nya. Apa benar hatimu juga seperti itu?
Ah, semoga kamu tidak terlalu bersedih.
Karena aku akan selalu ada untukmu. Karena aku mengagumi setiap senyuman
tulusmu. Aku selalu terpesona setiap pagi kita pertama kali bertemu hari itu.
Setiap hari rasanya menjadi hari pertama kita bertemu. Karena rasanya memang
selalu sama persis.
Kencan-kencan kita, tawa kita serta
lelucon-lelucon kita. Semuanya tercampur aduk begitu saja dalam rasa
berdebar-debar yang setiap malam menghantuiku sebelum tidur. Kamu benar-benar
mengubah duniaku. Aku yang dulu tak terlalu peduli dengan penampilanku,
sekarang tak pernah absen memakai parfum dan mencukur janggut dan kumisku.
Sekedar agar kamu memperhatikanku.
Hey, aku merasa begitu yakin padamu.
Aku merasa duniaku sudah berhenti berputar, ya, ia berhenti di kamu. Sejak
kapan? Sejak kita pertama kali bertemu, di parkiran sekolah waktu itu.
Aku bahkan masih ingat apa yang kamu
kenakan waktu itu. Hem warna biru muda favoritmu, celana panjang dan sabuk
warna cokelat. Rambutmu diurai sedemikian rupa dengan riasan jepit mutiara
putih kecil-kecil yang juga favoritmu. Tas cokelat dengan slayer terikat warna
oranye. Highheels hitam yang menambah keanggunanmu. Ahh, aku selalu terpesona
olehmu, bukankah aku sudah mengatakannya berulang kali? Sungguh, duniaku
benar-benar telah berhenti sekarang.
Dengan keyakinan dan tak
mengindahkan ketakutanku, aku membeli cincin ini. Aku akan melamarmu. Aku yakin
kamu akan menerimaku. Aku yakin itu. Maka siang itu ketika kita makan siang
bersama di kantin sekolah, aku memandangmu. Ada sebagian murid yang masih
nongkrong menghabiskan jam istirahat yang tinggal beberapa menit saja.
Kita duduk berhadapan sambil menunggu
pesanan soto kita ketika itu. Lalui, sambil memperhatikanmu menyeruput jus alpukat,
aku menguatkan hatiku.
“Eh, aku kemarin bongkar-bongkar
lemari. Terus nemu buku Introduction to
Sociolinguistics-ku waktu jaman masih kuliah. Buluk banget, tapi itu tuh
mata kuliah favoritku. Kalau mata kuliah favorit kamu apa?” kataku agak
berbohong. Well, sebenernya, buku itu
udah nggak tahu ilang kemana.
“Ehmm, apa ya? Aku sih suka Second Language Acquisition. Itu mata
kuliah yang asik banget. Soalnya mempelajari tumbuh kembang anak dan gimana
mereka belajar bahasa dari kecil. Tapi Sociolinguistics
juga asik sih” Matamu berbinar memandangku, aku semakin deg deg an.
“Kalau Introduction to Sociolinguistics itu yang ada code mixing, code switching, sama code borrowing itu kan? Kalau code
mixing mencampur dua bahasa dalam satu perkataan. Kalau code switching mengganti bahasa pada
lingkungan tertentu. Nah, kalau code
borrowing tuh apa ya?” tanyaku pura-pura lupa.
“Itu, kata dari bahasa lain yang
kita pinjam untuk mengungkapkan suatu keadaan yang nggak bisa kita temukan
kata-nya dari bahasa kita.”
“Oh” Aku manggut-manggut, lalu
meneruskan “Kalau kita borrowing
semua kata dari bahasa lain dalam satu kalimat, kayak ‘Will you marry me?’ Itu gimana ya?” Oke aku sudah mengatakannya.
Aku memandangnya lekat-lekat, menunggu reaksinya.
Kamu diam beberapa detik, lalu
berkata “Ya, nggak papa, itu namanya code
switching, ya selama orang yang kamu ajak bicara ngerti aja” katamu enteng.
“Oh… kalau orangnya itu kamu,
gimana?” kataku sambil mengeluarkan kotak kecil yang sedari tadi sudah
kukantongi di saku celana, lalu membukanya.
“…” Tak ada kata yang keluar dari
mulutmu. Tapi kamu terperangah lalu menutupinya dengan tanganmu. Mukamu
seketika berubah menjadi merah padam. Para murid yang sedari tadi sibuk
sendiri, sekarang semuanya memandang ke arah kita. Dan mulai dari satu anak,
mereka lalu semuanya berkata, “Terima! Terima! Terima!”
Kita lalu tersenyum malu-malu.
Tapi, tunggu, aku masih belum tahu apa jawabanmu. Aku memandangmu, lalu
memegang tanganmu lalu berkata lagi “Will
you marry me? Fatimah Pramudyawardhani…”
Air matamu meleleh, membentuk
anak-anak sungai dipipimu. Kamu masih menutup mulutmu, tapi kamu mengangguk ke
arahku dengan mata berbinar. Aku tak pernah merasa sebahagia ini, aku begitu
bersyukur ternyata kamu juga memilihku.
Tepuk tangan dari para murid itu
membahana di telingaku. Mukaku juga merah padam, tapi aku begitu bahagia. Sungguh-sungguh
bahagia :’)
1 komentar:
bagus banget... aku suka :) nice post!
Posting Komentar