Mengapa pada akhirnya ketika aku
sudah menyerah untuk terus mencintaimu, kamu datang? Kamu datang lagi dan
menahanku untuk tidak pergi. Kamu katakan “Kenapa kamu menyerah, bukannya kamu
bilang kamu percaya padaku?”
“Apa hanya begitu? Kamu membuatku percaya
kamu orangnya, dan sekarang kamu pergi gitu aja?”
“Aku juga mencintaimu dan itu juga
tak pernah berubah”
Kamu mencercaku dengan
pertanyaan-pertanyaan yang sesungguhnya ingin ku lontarkan padamu. Aku teridam,
aku bungkam, aku tercekat, aku hanya kemudian membalikkan badanku tanpa
menatapku lagi, lalu melangkahkan kaki.
Tapi kamu menarik tanganku, tak
membolehkan aku pergi. Aku melihatmu lalu berusaha melepaskan tanganmu di
pergelangan tanganku. Aku meringis, “Sakit… lepasin”
“Apa kamu sudah tidak mencintaiku?”
tanyamu lirih.
Aku tak bisa berkata apa-apa. Tolong
jangan membuat pertahananku runtuh lagi. Kita hanya akan mengulan kisah yang
sama kalau begini. Aku akan luluh dan kembali padamu, lalu kamu akan bersikap
tidak peduli denganku, lalu aku akan meninggalkanmu, lalu kamu akan mencegahku
untuk pergi. Tidakkah kamu lelah bermain-main denganku?
Jujur saja aku sudah lelah
menghadapimu yang selalu seperti ini. Tidak konsisten. Sungguh aku lelah, walau
aku masih sangat mencintaimu. Walau hatiku perih melihatmu begini dan ingin
sekali memelukmu dan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja, tapi aku tidak
bisa. Maaf, aku benar-benar sudah lelah.
“Tidak. Aku sudah tidak mencintaimu.
Tolong jangan temui aku lagi” kataku melepaskan genggamanmu yang kemudian
tiba-tiba longgar.
Aku tahu benar kamu shock mendengar kalimatku. Tak ada
pilihan. Aku sudah bertekad bulat. Mungkin kamu akan merasa sakit awalnya, tapi
percayalah, kamu akan lebih bahagia tanpa aku.
Aku meninggalkanmu yang tidak
mengatakan apa-apa, pula tidak mengejarku lagi. Kamu diam, sedang aku
pelan-pelan pergi meninggalkan duniaku yang dulu beranjak membuka lembar baru
tanpamu.
0 komentar:
Posting Komentar