Aku disini sekarang, masih
menunggumu untuk menepati janji kita waktu itu. Tapi kamu tak datang, dan tak
akan pernah datang. Ya, aku tahu persis itu. Aku memaafkanmu, aku hanya kembali
ke memori saat kita saling tertawa bersama. Lalu bergandengan tangan di depan
semua orang, seperti kamu ingin menunjukkan bahwa aku adalah milikmu.
Kita pergi kemana saja, kemana saja…
Ada banyak hal yang telah kita lewati. Sedih, tangis, dan tawa, semuanya
tercampur begitu saja didadaku. Membuncah, aku merasakan bahagia memenuhiku.
Rasanya aku bernafas tidak dengan udara, tapi dengan bahagia. Dan barang-barang
ini, satu per satu mereka menceritakan tentang kita ketika ku pegang. Bahkan
semilir angin seolah membisikkan namamu.
Ingat tidak, saat kita pertama kali
bertemu waktu itu? Tersenyum malu-malu tanpa pernah tahu bahwa hampir setengah
hidupku akan ku habiskan denganmu. Ya, dengan anak laki-laki usil hitam kurus
yang suka membuatku menangis waktu kita satu kelas di Sekolah Dasar.
Lalu waktu membawa kita bertemu di
bangku SMA. Kamu yang ku temui setelahnya adalah kamu yang dewasa. Kamu yang
selalu membuatmu tersenyum. Sampai suatu ketika aku sadar bahwa aku jatuh cinta
padamu. Pada pria yang bekerja paruh waktu untuk membayar kuliahnya. Pada pria
yang selalu ada punggungnya untuk ku pinjam saat aku menangis. Pada pria yang
selalu bisa menenangkanku dan membuatku kembali tertawa. Pada pria yang
mengajarkanku kebebasan.
Pada pria yang mengajarkan aku
menulis kisah-kisah manis yang pernah kita lewati. Pada pria yang datang
kerumah orang tuaku dan melamarku menjadi istrinya. Pada pria yang tak pernah
mengkhianatiku. Pada pria yang sabar dan selalu ingin membelikanku
barang-barang mahal dengan gajinya. Pada pria yang tidak memperbolehkanku mencuci
jeans, selimut, dan bedcover yang
berat. Pada pria yang setiap malam kupandang wajahnya saat ia terlelap.
Pada pria yang menemaniku di ruang
persalinan saat aku melahirkan buah hati pertama kami. Pada pria yang menggendong
dan bermain dengan putra pertama kami. Pada pria yang memberikan seluruh
gajinya untukku. Aku tak pernah berhenti bersyukur pada Tuhan bahwa aku ditakdirkan
untuk bertemu denganmu.
Hingga tadi pagi ku temukan kamu
memelukku dengan begitu erat. Kamu mencium keningku sebelum berangkat bekerja.
Kamu melambaikan tangan padaku sebelum melaju ke arah tempat kerja. Aku tersenyum
padamu, lalu bersiap membuatkan makan siang kesukaanmu. Soto buatanku adalah
yang terbaik, katamu. Aku tersenyum geli saat kamu mengatakannya.
Siang itu aku sedang menunggumu
pulang. Tapi kemudian ponselku berdering. Suara diseberang membuatku sangat
cemas padamu. Aku buru-buru pergi menemuimu. Sampai disana, aku melihatmu
sedang tertidur pulas. Tenang sekali, hingga aku tak ingin membangunkanmu. Aku
membiarkan tasku jatuh dari lenganku.
Aku mendekat padamu lalu tersenyum.
Ku pegang tanganmu, tapi tak seperti biasanya, kamu seperti membeku. “Apa kamu
kedinginan, sayangku?” ujarku. Aku membenarkan selimutmu, lalu meminta selimut
tambahan untukmu. “Apa kamu masih merasa kedinginan, manisku?” tapi kamu
sedikitpun tak menjawabku. Matamu terkatup begitu rapat pula bibirmu.
“Sebentar ya, akan ku belikan
minuman hangat untukmu” ujarku. Aku lalu kembali mengambil tasku dan keluar
ruangan. Aku menutup pintu kamar itu. Diluar beberapa teman dan keluarga
mengerubutiku dan bertanya, “Apa kamu tidak apa-apa?”
Aku tidak ingin menangis. Tapi air
mataku jatuh begitu saja, semua yang kulihat menjadi buram. Aku menangis, entah
air mataku keluar begitu saja. Aku melihatmu meninggalkan rumah kita, putra
kita, kenangan kita, dan cinta kita menuju keabadian yang sesungguhnya. Aku
sadar, jika hari itu adalah hari terakhir aku dapat melihat ragamu.
Sayangku, aku sekarang disini di
sudut pantai yang paling kamu sukai. Kamu berjanji akan mengajakku setiap tahun
saat ulang tahunku. Aku masih menunggumu datang. Aku akan bersabar dan tak akan
marah padamu.
Sayangku, rambutku kini telah memutih,
wajahku keriput, dan kulitku bergelambir dimana-mana, jalanku juga sudah tak
setegap dahulu, mataku juga kini rabun karena termakan usia. Semua dariku telah
berubah. Tapi sayangku, satu hal tak akan pernah berubah dariku….
Mencintaimu.
0 komentar:
Posting Komentar