Di dunia ini sudah lahir beribu
kisah cinta. Dari belahan dunia mana saja dan pula berlangsung berabad-abad
kemudian. Setiap individu dari makhluk di bumi memiliki kisah cintanya
masing-masing. Entah kisah itu berasal dari pahit lalu bahagia, ada juga yang
merasakan bahagia dulu, lalu pahit, lalu kembali bahagia.
Ah, cinta memang tak pernah selesai
jika diungkapkan. Takkan pernah habis dan pula takkan cukup kata-kata yang
tercipta di dunia ini untuk mengungkapkannya. Semua hanya hati yang rasa, ya
disini tepat di bagian tengah dada yang disebut ulu hati. Padahal hati ada di
samping kiri perut, kalau yang itu sih namanya jantung, hehe iya, bukan ?
Semua orang pasti pernah menjadi
pecinta ataupun yang dicintai. Itu wajar, sangat wajar. Tuhan telah memberikan
begitu banyak rahmat kepada kamu. Semua kekurangan di diri kamu pasti diimbangi
dengan kelebihan di sisi yang lain. Hal inilah yang membuat kamu menjadi
belajar untuk seimbang.
Dulu waktu kamu masih kecil, belum
beranjak dewasa, yang kamu butuhkan hanyalah kasih sayang dari kedua orang tua.
Dan ya, that’s it! rasanya sudah cukup. Cemburu hanya untuk saudara kamu yang
pada momen-momen tertentu lebih diperhatikan oleh mama dan papa kamu.
Tak perlu banyak hal pula yang
diungkapkan. Tawa, kasih sayang, pelukan, cium dan pujian serta doa yang selalu
diungkapkan selalu cukup membuat kamu merasa bahagia. Semua rasanya “sudah
cukup”.
Tapi, beranjak dewasa kamu menjadi
semakin egois dan tidak peduli dengan keluarga. Hanya rasa iri yang menyelimuti
kamu, untuk kemudian ingin menjadi orang lain di luar sana. Kamu tidak pernah
memperhitungkan sakit hati, ketika mama dan papa kamu menjadi sendirian. Ya, kamu
meninggalkan mereka begitu saja demi sesuatu yang baru. Orang katakan inilah pencarian
jati diri.
Dan, inilah kamu sekarang. Sudah
jauh berbeda dengan kamu yang dulu. Terhanyut dengan hasrat untuk menjadi
dewasa. Kamu masih saja menjadi egois. Menemukan orang lain diluar sana,
mempercayainya sebagai belahan hati kamu. Perlahan tapi pasti kamu hanya
berpihak pada orang lain yang belum lama masuk ke dalam kehidupan kamu. Ya,
tidak selama umurmu yang sedari kecil berada dalam lingkaran kasih sayang mama dan
papamu. Tapi tak apa, mereka masih bisa memaklumimu.
Ketika kedewasaan semakin
menumbuhkan keegoisanmu, hasratmu untuk mempunyai pendamping semakin kuat. Mama
dan papamu tentu menginginkan yang terbaik untukmu. Mereka tidak ingin kamu
nantinya menyesal dan merasa terluka karena orang lain itu.
Karena mereka merawatmu sedari
kecil. Memandikanmu, merawatmu, membelikanmu susu, menemanimu tidur, mengganti
popokmu, memberikanmu kasih sayang yang sungguh sangat besar, semuanya…
Semua hal yang tidak mungkin kamu
bisa gantikan dalam sekejap. Pengorbanan, peluh, tangis dan tawa serta waktu.
Momen-momen berharga itu sungguh tak ingin mereka gantikan dengan embun di
pelupuk matamu nantinya.
Kamu memperkenalkan orang lain itu
sekarang. Sayang, mama dan papamu kurang setuju dengannya. Ingat, mereka hanya
ingin kamu bahagia. Bukan sekedar keegoisan yang kamu tunjukkan beberapa tahun
belakangan saat kamu merasa kamu sudah “dewasa”.
Kamu merasa sangat sedih, kamu
marah, kamu kecewa dengan reaksi yang ditunjukkan oleh mereka. Dan dengan
keegoisanmu yang memuncak, kamu pergi meninggalkan mereka yang sangat
menyayangimu untuk bersama orang baru. Orang yang baru beberapa tahun ini kamu
kenal. Tidak ada yang bisa menjamin orang itu akan mencintaimu dan merawatmu
seperti yang dilakukan mama dan papamu dengan baik.
Tidak pernahkah terlintas
dibenakmu, bagaimana sedihnya mereka ketika kamu untuk terakhir kalinya melangkahkan
kaki meninggalkan rumah ? Meninggalkan segala hal yang telah berpuluh-puluh
tahun kamu lakukan. Tidak berartikah semua yang telah mereka lakukan untukmu?
Hingga kamu dengan mudahnya menorehkan luka di hati mereka…Hal yang paling mereka lindungi
darimu sedari kecil. Tapi malah kamu yang melakukannya lebih dulu.
Mamamu menangis, beliau merasa sangat kecewa denganmu. Papamu juga, namun beliau masih bisa berdiri tegak. Memberikan wajah begitu marah bercampur kecewa. Walau begitu, beliau pun menangis di dalam hatinya…
Mamamu menangis, beliau merasa sangat kecewa denganmu. Papamu juga, namun beliau masih bisa berdiri tegak. Memberikan wajah begitu marah bercampur kecewa. Walau begitu, beliau pun menangis di dalam hatinya…
Tapi kamu tetap melangkah dengan
segala keegoisan yang tetap kamu pegang teguh. Kamu katakan, ini untuk
kebahagiaanmu. Tapi, akahkah abadi jika ini hanya tentang kamu? Bagaimana
dengan orang-orang disekitarmu? Bukankah seharusnya lebih indah jika mereka
juga ikut bahagia untukmu?
Sadarlah, jika ada yang mencintaimu
tanpa syarat dan tak seharusnya kamu sakiti. Mama dan papamu, keluargamu.
Jangan menyombong atas keegoisan dan kamu merasa bahagia karenanya, padahal
orang-orang terdekatmu merasa tersakiti olehnya.
Ingat masa kecilmu. Ingat
pengorbanan mereka untukmu… Cinta mereka yang tanpa syarat untukmu.
0 komentar:
Posting Komentar