Pages

Jumat, 04 Januari 2013

Hari ke-1 : Kisah Cinta



 Di dunia ini sudah lahir beribu kisah cinta. Dari belahan dunia mana saja dan pula berlangsung berabad-abad kemudian. Setiap individu dari makhluk di bumi memiliki kisah cintanya masing-masing. Entah kisah itu berasal dari pahit lalu bahagia, ada juga yang merasakan bahagia dulu, lalu pahit, lalu kembali bahagia.
Ah, cinta memang tak pernah selesai jika diungkapkan. Takkan pernah habis dan pula takkan cukup kata-kata yang tercipta di dunia ini untuk mengungkapkannya. Semua hanya hati yang rasa, ya disini tepat di bagian tengah dada yang disebut ulu hati. Padahal hati ada di samping kiri perut, kalau yang itu sih namanya jantung, hehe iya, bukan ?
Semua orang pasti pernah menjadi pecinta ataupun yang dicintai. Itu wajar, sangat wajar. Tuhan telah memberikan begitu banyak rahmat kepada kamu. Semua kekurangan di diri kamu pasti diimbangi dengan kelebihan di sisi yang lain. Hal inilah yang membuat kamu menjadi belajar untuk seimbang.
Dulu waktu kamu masih kecil, belum beranjak dewasa, yang kamu butuhkan hanyalah kasih sayang dari kedua orang tua. Dan ya, that’s it! rasanya sudah cukup. Cemburu hanya untuk saudara kamu yang pada momen-momen tertentu lebih diperhatikan oleh mama dan papa kamu.
Tak perlu banyak hal pula yang diungkapkan. Tawa, kasih sayang, pelukan, cium dan pujian serta doa yang selalu diungkapkan selalu cukup membuat kamu merasa bahagia. Semua rasanya “sudah cukup”.
Tapi, beranjak dewasa kamu menjadi semakin egois dan tidak peduli dengan keluarga. Hanya rasa iri yang menyelimuti kamu, untuk kemudian ingin menjadi orang lain di luar sana. Kamu tidak pernah memperhitungkan sakit hati, ketika mama dan papa kamu menjadi sendirian. Ya, kamu meninggalkan mereka begitu saja demi sesuatu yang baru. Orang katakan inilah pencarian jati diri.
Dan, inilah kamu sekarang. Sudah jauh berbeda dengan kamu yang dulu. Terhanyut dengan hasrat untuk menjadi dewasa. Kamu masih saja menjadi egois. Menemukan orang lain diluar sana, mempercayainya sebagai belahan hati kamu. Perlahan tapi pasti kamu hanya berpihak pada orang lain yang belum lama masuk ke dalam kehidupan kamu. Ya, tidak selama umurmu yang sedari kecil berada dalam lingkaran kasih sayang mama dan papamu. Tapi tak apa, mereka masih bisa memaklumimu.
Ketika kedewasaan semakin menumbuhkan keegoisanmu, hasratmu untuk mempunyai pendamping semakin kuat. Mama dan papamu tentu menginginkan yang terbaik untukmu. Mereka tidak ingin kamu nantinya menyesal dan merasa terluka karena orang lain itu.
Karena mereka merawatmu sedari kecil. Memandikanmu, merawatmu, membelikanmu susu, menemanimu tidur, mengganti popokmu, memberikanmu kasih sayang yang sungguh sangat besar, semuanya…
Semua hal yang tidak mungkin kamu bisa gantikan dalam sekejap. Pengorbanan, peluh, tangis dan tawa serta waktu. Momen-momen berharga itu sungguh tak ingin mereka gantikan dengan embun di pelupuk matamu nantinya.
Kamu memperkenalkan orang lain itu sekarang. Sayang, mama dan papamu kurang setuju dengannya. Ingat, mereka hanya ingin kamu bahagia. Bukan sekedar keegoisan yang kamu tunjukkan beberapa tahun belakangan saat kamu merasa kamu sudah “dewasa”.
Kamu merasa sangat sedih, kamu marah, kamu kecewa dengan reaksi yang ditunjukkan oleh mereka. Dan dengan keegoisanmu yang memuncak, kamu pergi meninggalkan mereka yang sangat menyayangimu untuk bersama orang baru. Orang yang baru beberapa tahun ini kamu kenal. Tidak ada yang bisa menjamin orang itu akan mencintaimu dan merawatmu seperti yang dilakukan mama dan papamu dengan baik.
Tidak pernahkah terlintas dibenakmu, bagaimana sedihnya mereka ketika kamu untuk terakhir kalinya melangkahkan kaki meninggalkan rumah ? Meninggalkan segala hal yang telah berpuluh-puluh tahun kamu lakukan. Tidak berartikah semua yang telah mereka lakukan untukmu? Hingga kamu dengan mudahnya menorehkan luka di hati mereka…Hal yang paling mereka lindungi darimu sedari kecil. Tapi malah kamu yang melakukannya lebih dulu.
Mamamu menangis, beliau merasa sangat kecewa denganmu. Papamu juga, namun beliau masih bisa berdiri tegak. Memberikan wajah begitu marah bercampur kecewa. Walau begitu, beliau pun menangis di dalam hatinya…
Tapi kamu tetap melangkah dengan segala keegoisan yang tetap kamu pegang teguh. Kamu katakan, ini untuk kebahagiaanmu. Tapi, akahkah abadi jika ini hanya tentang kamu? Bagaimana dengan orang-orang disekitarmu? Bukankah seharusnya lebih indah jika mereka juga ikut bahagia untukmu?
Sadarlah, jika ada yang mencintaimu tanpa syarat dan tak seharusnya kamu sakiti. Mama dan papamu, keluargamu. Jangan menyombong atas keegoisan dan kamu merasa bahagia karenanya, padahal orang-orang terdekatmu merasa tersakiti olehnya.
Ingat masa kecilmu. Ingat pengorbanan mereka untukmu… Cinta mereka yang tanpa syarat untukmu.

0 komentar:

Posting Komentar