Beberapa
hari ini aku dihantui oleh perasaan menikah. Bukannya merasa senang, tapi malah
takut. Bagaimana kehidupan setelah menikah. Akankah sama seperti waktu pacaran
dulu? Aku tidak mengatakan padamu, karena aku takut kamu mengkhawatirkanku.
Aku juga tidak tahu masa depan kita.
Akankah kita terus bersama dan …. Menikah? Ahhh, perasaan ini terus
menghantuiku. Aku takut tentang kehidupan setelah menikah, tanggung jawabku
setelah mempunyai anak lalu ini itu dengan mertua, tetangga, denganmu dan
dengan keluargaku sendiri.
Kata orang, seseorang akan berubah
ketika menikah. Akan tahu belangnya kalau akhirnya tinggal serumah. Begitukah?
Benarkah? Pertanyaan itu terus menghantuiku, tak ada habisnya. Tak pernah
selesai. Apalagi kalau aku sudah melihat kakak-kakakku yang sedang mengurus
anak juga suaminya. Belum lagi kalau
sudah ada masalah dengan mertuanya. Ada yang mertuanya cerewet dan bertingkah
laku aneh. Lalu bagaimana denganku sendiri? Aku tak mau membayangkan betapa
ribetnya! Aaahh… Ini bisa membuatku gila.
Aku seperti ketakutan sendiri
membayangkan yang tidak-tidak. Tapi mau bagaimana lagi. Memang beginilah siklus
hidup seseorang. Menjadi anak-anak, beranjak remaja, menjadi dewasa, dan… ya
menikah, mempunyai seorang anak, cucu, cicit, dan menjadi eyang yang
ditinggalkan sendirian akhirnya.
Tapi, haruskah menikah? Haruskah
beranjak dewasa? Haruskah aku menemukan orang lain diluar sana untuk menjadi
imamku? Untuk mengambil tanggung jawab ayahku terhadapku? Haruskah?
Kalau sudah begini aku akan
menghindarimu tanpa alasan yang jelas. Aku memang tidak mengatakan apa-apa
padamu. Aku takut kamu berpikir macam-macam. Iya, iya aku tahu kita masih
pacaran. Nggak perlu mikir yang sejauh itu kan. Tapi kita kan sudah dewasa,
kita sudah sama-sama mau lulus kuliah, kemudian mencari kerja. Lalu apa lagi?
Pasti para orang tua kita menyuruh kita untuk menikah. Bukannya sudah tak ingin
punya tanggung jawab terhadap kita. Tapi mereka bilang, memang sudah waktunya
untuk kita menemukan jalan kita sendiri. Tidak lagi perlu dipapah.
Bagaimana kalau aku tak ingin
dewasa? Bagaimana kalau aku ingin tetap berada diumur yang sama. Aku tak ingin.
Aku takut. Sungguh, aku masih belum bisa mengendalikan ketakutanku ini tentang
pernikahan.
Tapi bagaimapun aku mencoba untuk menyembunyikan
ketakutanku. Kamu pasti tahu. Kamu mencoba menenangkanku.
“Setiap orang pasti menikah, dan
kamu sudah kupastikan akan menikah denganku” ucapmu sambil menggenggam
tanganku.
Aku menunduk, tak bisa berkata
apa-apa.
“Apa lagi yang kamu takutkan,
sayangku? Tenang, apapun yang terjadi. Antara kamu dan aku, aku takkan pernah
meninggalkanmu. Kamu punya aku dan aku punya kamu. Kita bakalan bareng-bareng
hadapin semuanya. Aku janji”
Aku masih diam. Tidak se-simpel itu!
Aku bahkan masih tidak yakin kamu tidak akan berubah. Semua orang sudah
meracuni pikiranku! Aku lelah. Mungkin harusnya aku tak terlalu memikirkan ini
dulu. Fokus. Fokus kuliah dulu. Aaah…
Menikah…. Apakah itu sebuah
keharusan?
0 komentar:
Posting Komentar