Pages

Kamis, 31 Januari 2013

Hari ke 27 : January – Masih Terasa Dingin



            Udara bulan January masih saja terasa dingin untukku. Hey, alam kenapa kamu berubah menjadi begitu dingin hingga membekukanku? Aku mengomel sendiri pada angin dan cuaca. Karena meraka tidak membuatmu pulang lebih cepat. Bahkan lebih lama dari yang kuduga.
            Tiap dua hari kamu menelfonku disini, menanyakan kabarku dan kabar anak-anak kita. Bagaimana akhirnya si kecil Kirana mulai belajar berjalan dan berkata-kata. Juga tentang bagaimana anak pertama kita, Rino yang mulai beranjak remaja.

            Kamu mengirimku uang tiap dua minggu. Katamu, aku bisa membeli apapun dengan uang itu, untuk mencukupi kebutuhanku juga anak-anak kita. Kamu begitu peduli dengan kami. Kamu juga selalu mengatakan kamu mencintaiku setiap menelfon. Tapi, sayangnya kamu tak berada disisiku.
            Sudah semenjak bulan April tahun lalu kamu meninggalkan kami, menuju negeri impianmu, Jerman, untuk keperluan perkerjaan. Semenjak itu udara menjadi dingin. Tidak hangat lagi seperti dulu. Setiap hari aku kedinginan karena terlalu mengkhawatirkanmu dan merindukanmu. Tapi aku tak berani bertanya kapan kamu akan pulang. Aku takut kamu akan terburu-buru untuk pulang dan meninggalkan mimpimu.
            Aku selalu berusaha tertawa dan bernada bahagia ketika kamu menelfonku. Aku menyembunyikan air mata dan tidak menceritakan udara dingin yang selalu menyelimutiku padamu. Aku diam dan begitu tenang saat menghadapimu. Aku tak ingin kamu tahu betapa aku ingin menemuimu.
            Saat malam tiba, ketika anak-anak kita sudah terlelap aku akan berdiri di balkon ini. Meresapi belaian angin, tak sadar bahwa embun sudah menetes membasai pipiku. Aku menggigit bibirku sendiri, berusaha menahan tangisku. Kalau sudah begitu aku akan menutup mata dan menyuruh bayanganmu memelukku.
            “Apa kamu begitu merindukanku, manisku?” aku mendengar getaran suaramu. Sejenak aku kemudian mengangguk lalu melepaskan tangisku yang sudah begitu lama ku pendam. Aku merasakan tanganmu lalu menghapus air mataku.
Aku lalu memandangmu, aku kemudian mengerjap tak percaya.
“Kamu datang?” aku meraba wajahmu, masih tak percaya.
“Iya sayang, maaf sudah membuatmu menunggu terlalu lama. Aku berjanji aku tidak akan meninggalkanmu sendirian lagi” ujarmu lalu memelukku.
Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutku, aku hanya langsung meraihmu begitu erat seolah tak ingin melepasmu lagi.
“Jangan pergi lagi, aku akan marah jika kamu berani melakukannya lagi!”
“Tidak sayang, tidak akan pernah lagi”
           

0 komentar:

Posting Komentar