Pages

Kamis, 10 Januari 2013

Hari ke-8 : Jangan Pergi (2)



Aku menghindarimu hari berikutnya. Sampai pada hari ke tiga, akhirnya kamu menemukanku di halte aku biasa menunggu angkot.
“Aku anterin yuk” katamu.
Aku diam saja sambil menggeleng.
“Kamu kenapa sih? Menghindariku tiga hari ini?” ujarmu dengan nada sedih.
“Nggak papa” aku membuang muka.
“Kamu ada masalah apa?” aku masih diam dan menggelengkan kepala.

“Ya sudah kalau kamu tak mau bicara padaku” nada bicaramu berbeda, sepertinya kamu mulai kesal denganku. Kamu berdiri dan berjalan menuju motormu saat akhirnya aku berkata,
“Aku melihat ada cewek yang menembakmu, di kelasmu”
Jalanmu terhenti. Aku tahu kamu waktu itu menoleh dan memandangku.
“Daripada mengatakan dia hanya menganggumu, kamu bisa katakan bahwa sudah ada orang yang kamu sukai kan? Kamu seperti tidak menghargai perasaannya dan keberaniannya yang sudah menyatakan padamu. Apalagi dia perempuan, kamu menolaknya terlalu kasar, di depan teman-temannya” kataku memandangmu.
“Kalau menganggu ya mengganggu. Kenapa harus dikatakan yang lain? Aku tidak suka dibuntuti tiap hari. Mereka juga tidak bisa menghargai perasaanku, kenapa aku harus menghargai mereka?”
“…”
“Kamu bahkan menyalahkanku. Aku pikir kamu orang yang paling bisa mengerti aku. Ini yang namanya sahabat? Sudah. Aku pulang dulu” katamu melanjutkan langkah kakimu. Tapi aku langsung berdiri dan berlari mendekat padamu.
“Sahabat? Dari awal aku tidak pernah menganggap kamu sebagai seorang sahabat. Dari awal aku juga memiliki perasaan yang sama dengan cewek itu. Ya, aku menyukaimu. Makanya aku mau dekat dengamu” kerongkonganku seperti tercekat. Kamu diam saja dan masih memunggungiku.
“Jadi, kamu sebenarnya sama saja dengan cewek-cewek itu?” kamu tertawa mengejekku. Aku tidak menjawabmu. Kamu lalu tetap melangkahkan kaki menuju motormu dan pergi meninggalkanku. Sedangkan aku masih berdiri disini, menengakan diriku sendiri.
Tiba-tiba saja ada yang mengalir di pipiku. Aku terisak, dadaku rasanya begitu sakit. Sakit sekali, sampai aku tidak bisa bernafas rasanya…
Sudah seminggu kamu tak bicara padaku. Kita memang masih bertemu di klub drama. Tapi kita saling diam. Sampai akhirnya aku mengundurkan diri untuk memerankan Juliet. Pulang sekolah kamu menungguku di depan kelas. Tak ada orang, hanya kita berdua.
“Kenapa kamu mengundurkan diri?”
“Nggak papa. Aku nggak ada waktu aja untuk latihan”
“Jangan bohong! Karena aku kan?”
Aku tertawa kecil. “Sama sekali tak ada hubungannya denganmu. Aku masuk dan keluar klub drama. Itu murni karena diriku sendiri.”
Kamu memegang tanganku, tapi aku menepisnya. Aku ingin sekali menangis, tapi ku tahan. “Jangan pergi” katamu. Aku terdiam. Kamu lalu memegang tanganku lagi.
“Mungkin aku yang salah dengan berkata terlalu kasar pada cewek itu ataupun padamu. Tapi setelah seminggu ini akhirnya aku sadar, kalau aku juga menyukaimu. Alasan kenapa aku mendekatimu dan menjadikanmu seorang sahabat”
Aku diam. Kamu juga diam. Kita berdiri saling rikuh. Sedetik kemudian kamu memelukku dan tangisku pun pecah. “Jangan pernah pergi dariku” bisikmu.

0 komentar:

Posting Komentar