Aku melihat bulir-bulir embun
mengalir dipipimu ketika kamu mengatakan perasaanmu padaku. Aku tercekat dan
tak mampu berkata apa-apa. Aku ingin ikut menangis, tapi air mataku hanya
mengambang tak mau luruh waktu kamu mengatakan,
“Aku tak bahagia…”
Tidak ada kata yang terucap dari
bibirku. Kita kemudian tenggelam dalam gema suara tangismu. Aku terlalu
terkejut tahu bahwa kamu tidak merasa bahagia bersamaku. Aku terlalu terkejut
bahwa tawa yang sering kamu tunjukkan padaku selama ini adalah palsu.
Aku terlalu terkejut melihatmu yang
kini meminta untuk berpisah dariku. Aku terlalu terkejut jika ternyata kamu,
orang yang paling ku cintai, sesungguhnya banyak merasa tersakiti oleh ulahku
sendiri. Aku terkejut bahwa satu kalimat itu akhirnya meluncur dari bibirmu.
Aku terlalu terkejut sekarang untuk
memutuskan menahanmu atau membiarkanmu pergi begitu saja dariku. Aku bahkan
sampai tak bisa bernafas dengan baik saking terkejutnya. Aku terkejut dalam
kediamanku dan dalam isak tangismu.
0 komentar:
Posting Komentar