Desember waktu itu akhirnya kita
memutuskan untuk berpisah. Entah, mungkin kamu sudah bosan dengan
ucapan-ucapanku. Entah karena aku yang sudah bosan berkata-kata padamu. Atau
mungkin karena waktu sudah tak mengizinkan kita bersama? Aku juga tak tahu pastinya.
Hanya kita akhirnya sudah tidak saling menyapa.
Tapi aku masih saja menyimpan semua
barang-barang kenangan. Masih pula menyanyikan lagu yang kita buat bersama-sama
waktu itu. Masih saja memetik melodi-melodi yang pernah kita lantunkan dengan
gitarku. Masih saja mengunjungin tempat-tempat yang dulu pernah kita singgahi
bersama.
Aku tersenyum saja. Aku tidak
berusaha melupakanmu. Aku hanya berusaha membuat diriku terbiasa tanpamu. Ya,
seperti sebelum aku bertemu denganmu dan akhirnya memutuskan terkait denganmu
untuk melewati jalan ini. Berbeda, aku begitu tenang dan tak merasa harus
kembali padamu untuk menemukan sebuah kata “bahagia”.
Hanya, aku malahan merasa bahagia
ketika akhirnya kamu menemukan seseorang yang lebih baik dariku. Kamu pula sesungguhnya
tidak pernah meninggalkanku. Kita tetap bersikap seperti biasanya. Hanya.
Sekarang prioritasmu bukan aku, tapi dia. Aku tidak menyesal, tidak pula merasa
sedih.
Aku bergitu tenang, mungkin terlalu
tenang. Bahwa akhirnya aku menatap garis-garis bahagia ketika akhirnya kamu
memakain cincin yang ia sematkan. Apakah ini artinya aku memang sedari awal
tidak mencintaimu dengan setulus hati? Tidak, bukan begitu.
Aku bahkan mencintaimu lebih dari
perempuan lain yang pernah singgah dikehidupanku. Aku begitu tulus dan begitu
hati-hati ketika menghadapimu waktu itu. Aku takut kamu terluka. Aku jadi
tertawa kecil mengingat ini semua.
Aku begitu takut kamu terluka dan
terlalu hati-hati ini yang malah membuatku melewatkan hal-hal lain yang
seharusnya ku pertimbangkan, kebebasanmu. Sayangnya inilah yang membuatmu
akhirnya terluka lalu menyadarkanku, bahwa aku telah gagal. Aku kemudian sadar
bahwa aku bukanlah lelaki yang tepat untukmu.
Mungkin aku sudah menemukanmu, tapi
mungkin juga kamu yang belum menemukanku. Mungkin takdir sudah menggariskan
demikian. Aku tidak mengejarmu ketika kamu meninggalkanku. Aku juga tak
mencegahmu ketika kamu akhirnya memilih dia.
Aku ikhlas jika kamu pada akhirnya
menemukan kebahagiaan. Walau itu bukan dariku, tapi dari dia, aku tidak pernah
sedikitpun menyesal penah mencintaimu. Aku tidak pernah ingin kamu bersamaku,
tapi tidak bahagia.
0 komentar:
Posting Komentar