Pages

Kamis, 31 Januari 2013

Hari ke 25 : Berpisah



            Desember waktu itu akhirnya kita memutuskan untuk berpisah. Entah, mungkin kamu sudah bosan dengan ucapan-ucapanku. Entah karena aku yang sudah bosan berkata-kata padamu. Atau mungkin karena waktu sudah tak mengizinkan kita bersama? Aku juga tak tahu pastinya. Hanya kita akhirnya sudah tidak saling menyapa.
            Tapi aku masih saja menyimpan semua barang-barang kenangan. Masih pula menyanyikan lagu yang kita buat bersama-sama waktu itu. Masih saja memetik melodi-melodi yang pernah kita lantunkan dengan gitarku. Masih saja mengunjungin tempat-tempat yang dulu pernah kita singgahi bersama.
            Aku tersenyum saja. Aku tidak berusaha melupakanmu. Aku hanya berusaha membuat diriku terbiasa tanpamu. Ya, seperti sebelum aku bertemu denganmu dan akhirnya memutuskan terkait denganmu untuk melewati jalan ini. Berbeda, aku begitu tenang dan tak merasa harus kembali padamu untuk menemukan sebuah kata “bahagia”.
            Hanya, aku malahan merasa bahagia ketika akhirnya kamu menemukan seseorang yang lebih baik dariku. Kamu pula sesungguhnya tidak pernah meninggalkanku. Kita tetap bersikap seperti biasanya. Hanya. Sekarang prioritasmu bukan aku, tapi dia. Aku tidak menyesal, tidak pula merasa sedih.
            Aku bergitu tenang, mungkin terlalu tenang. Bahwa akhirnya aku menatap garis-garis bahagia ketika akhirnya kamu memakain cincin yang ia sematkan. Apakah ini artinya aku memang sedari awal tidak mencintaimu dengan setulus hati? Tidak, bukan begitu.
            Aku bahkan mencintaimu lebih dari perempuan lain yang pernah singgah dikehidupanku. Aku begitu tulus dan begitu hati-hati ketika menghadapimu waktu itu. Aku takut kamu terluka. Aku jadi tertawa kecil mengingat ini semua.
            Aku begitu takut kamu terluka dan terlalu hati-hati ini yang malah membuatku melewatkan hal-hal lain yang seharusnya ku pertimbangkan, kebebasanmu. Sayangnya inilah yang membuatmu akhirnya terluka lalu menyadarkanku, bahwa aku telah gagal. Aku kemudian sadar bahwa aku bukanlah lelaki yang tepat untukmu.
            Mungkin aku sudah menemukanmu, tapi mungkin juga kamu yang belum menemukanku. Mungkin takdir sudah menggariskan demikian. Aku tidak mengejarmu ketika kamu meninggalkanku. Aku juga tak mencegahmu ketika kamu akhirnya memilih dia.
            Aku ikhlas jika kamu pada akhirnya menemukan kebahagiaan. Walau itu bukan dariku, tapi dari dia, aku tidak pernah sedikitpun menyesal penah mencintaimu. Aku tidak pernah ingin kamu bersamaku, tapi tidak bahagia.           

0 komentar:

Posting Komentar