Pages

Kamis, 31 Januari 2013

Hari ke 30 : Arjuna Malam



Arjuna malam,
Masihkah kau termangu disana?
Tidakkah kau rasakan,
Malammu tak sepekat malam sebelumnya
Apa yang sedang mengganggumu, wahai arjuna?

Hari ke 29 : Meninggalkanmu



Mengapa pada akhirnya ketika aku sudah menyerah untuk terus mencintaimu, kamu datang? Kamu datang lagi dan menahanku untuk tidak pergi. Kamu katakan “Kenapa kamu menyerah, bukannya kamu bilang kamu percaya padaku?”
“Apa hanya begitu? Kamu membuatku percaya kamu orangnya, dan sekarang kamu pergi gitu aja?”
“Aku juga mencintaimu dan itu juga tak pernah berubah”

Hari ke 28 : Akan Ada Saatnya



Akan ada saatnya ketika kita akhirnya saling menjauh
Meninggalkan purnama sendirian,
Tak lagi berbagi cahaya
Serta bintang takkan lagi berkerlip layaknya mengedip

Hari ke 27 : January – Masih Terasa Dingin



            Udara bulan January masih saja terasa dingin untukku. Hey, alam kenapa kamu berubah menjadi begitu dingin hingga membekukanku? Aku mengomel sendiri pada angin dan cuaca. Karena meraka tidak membuatmu pulang lebih cepat. Bahkan lebih lama dari yang kuduga.
            Tiap dua hari kamu menelfonku disini, menanyakan kabarku dan kabar anak-anak kita. Bagaimana akhirnya si kecil Kirana mulai belajar berjalan dan berkata-kata. Juga tentang bagaimana anak pertama kita, Rino yang mulai beranjak remaja.

Hari ke 26 : Aku Terkejut



Aku melihat bulir-bulir embun mengalir dipipimu ketika kamu mengatakan perasaanmu padaku. Aku tercekat dan tak mampu berkata apa-apa. Aku ingin ikut menangis, tapi air mataku hanya mengambang tak mau luruh waktu kamu mengatakan,
            “Aku tak bahagia…”

Hari ke 25 : Berpisah



            Desember waktu itu akhirnya kita memutuskan untuk berpisah. Entah, mungkin kamu sudah bosan dengan ucapan-ucapanku. Entah karena aku yang sudah bosan berkata-kata padamu. Atau mungkin karena waktu sudah tak mengizinkan kita bersama? Aku juga tak tahu pastinya. Hanya kita akhirnya sudah tidak saling menyapa.
            Tapi aku masih saja menyimpan semua barang-barang kenangan. Masih pula menyanyikan lagu yang kita buat bersama-sama waktu itu. Masih saja memetik melodi-melodi yang pernah kita lantunkan dengan gitarku. Masih saja mengunjungin tempat-tempat yang dulu pernah kita singgahi bersama.

Selasa, 29 Januari 2013

Hari ke 24 : Hal Paling Sakit

Hal yang paling sakit adalah tahu bahwa kita telah membuat kesalahan hingga membuat orang lain terluka. Begitu perih, walau sebenarnya kitalah pihak yang membuatnya perih. Tapi mau tidak mau, kita sudah tidak punya pilihan untuk mengelak. Hidup memang pilihan dan kita diharuskan memilih. Bukan begitu?
Lalu harusnya bagaimana? Kalau kita memang sudah diharuskan untuk memilih. Melukai diri sendiri atau melipahkan luka itu kepada orang lain. Sebenarnya bagaimana baiknya? Tidak bijak juga jika kita membiarkan diri kita terluka terus menerus karena ulah kita sendiri.

Hari ke 23 : Sayang, Aku Rindu



Sayang, aku rindu
Rinduku kini sudah tak lagi dapat terhitung oleh jari
Ini berkelana sendiri tak berbentuk dan tak bertuan
Karena engkau yang tak kunjung datang

Hari ke 22 : Move! Move!



Malemnya aku masih aja gitu nggak rela kita putus, Gi. Aku pengen balikan dan menebus semuanya. Aku mau deh nyoba ngertiin kamu. Mungkin kali ini aku yang salah. Yang nggak bisa ngertiin kamu. Aku masih sayang banget sama kamu.
            Aku menghela nafas panjang. Aku nggak bakalan punya nyali buat nelfon kamu. Jadi aku cuma bakalan sms kamu aja, selain karena alasan kita beda operator dan oke, kita sama-sama tahu lintas bakalan ngeruk pulsa kamu tanpa ampun hanya dalam waktu beberapa menit.

Minggu, 27 Januari 2013

Hari ke 21 : Move On ?


              “Jangan melakukan pekerjaan yang bikin kamu inget dia!”

            Kata-kata itu terngiang terus menerus ditelingaku. Waktu itu Ratna mengucapkannya dengan mantap dan sepenuh hati didepanku. Haruskah aku ngelupain kamu? Aaaahh.. rasanya sulit sekali. Sepi banget kamu nggak muncul di hari-hariku. Aku bahkan kayak linglung mau ngapain. Sumpah kamu bisa banget ngebuat aku jadi terlihat menyedihkan kayak gini setelah akhirnya kamu bilang kita putus aja.

Kamis, 24 Januari 2013

Hari ke 20 : Menikah



Beberapa hari ini aku dihantui oleh perasaan menikah. Bukannya merasa senang, tapi malah takut. Bagaimana kehidupan setelah menikah. Akankah sama seperti waktu pacaran dulu? Aku tidak mengatakan padamu, karena aku takut kamu mengkhawatirkanku.
            Aku juga tidak tahu masa depan kita. Akankah kita terus bersama dan …. Menikah? Ahhh, perasaan ini terus menghantuiku. Aku takut tentang kehidupan setelah menikah, tanggung jawabku setelah mempunyai anak lalu ini itu dengan mertua, tetangga, denganmu dan dengan keluargaku sendiri.

Rabu, 23 Januari 2013

Hari ke 19 : Kalau



Kalau saja dulu aku akhirnya tak memilihmu, pasti aku tidak akan merasa begitu beryukur pada Tuhan. Kalau saja dulu aku mengikuti kata hatiku untuk pergi meninggalkanmu, mungkin hidupku tak akan sebahagia ini. Kalau saja bukan kamu orangnya yang menjadi pendamping hidupku sekarang, aku pasti akan sangat menyesal dan menyalahkan kehidupan.
Kita tidak pernah kenal secara langsung. Kita tidak pernah bertemu pula sebelumnya. Tapi orang tua kita punya janji masa muda untuk menikahkan anak mereka. Memang terlihat kuno dan jauh berbeda dari kebudayaan modern, yang membebaskan anak-anak menemukan jodoh mereka sendiri.

Hari ke 18 : Aku Pernah Mencintai Lelaki Ini


        Kita saling rikuh ketika kita akhirnya bertemu lagi. Aku sedikitpun tak berani memandangmu. Kita dulu punya kisah, kisah yang orang tak pernah tahu dan mengerti. Kisah yang rumit, tapi mampu membuatku merasa berbunga-bunga sampai sekarang ketika aku akhirnya bertemu lagi denganmu.

            Aku tidak tahu pastinya kenapa dulu aku jatuh cinta kepadamu. Awalnya dulu aku hanya kagum padamu karena permainan gitarmu. Kamu juga membuka diri padaku. Kamu selalu ada dan hari-hari berikutnya hanyalah tentang aku dan kamu. Kita menghabiskan waktu dengan petikan gitarmu. Kita juga menciptakan lagu-lagu itu.

Hari ke 17 : Kita Dulu



Kita bertemu lagi akhirnya, bahwa akhirnya aku kini telah menikah dengan orang lain dan kamu masih saja sendiri. Aku dulu pernah mengejarmu. Aku dulu pernah begitu menginginkanmu untuk menjadi pendamping hidupku. Aku dulu bisa dibutakan oleh perasaan ini  hingga aku meluruhkan gengsiku untuk mengejarmu.
            Aku tersenyum sendiri kalau aku mengingat semua usaha yang kulakukan untuk mendapatkanmu dulu. Rasanya konyol, aku merasa sangat malu dan tertawa sendiri jika mengingatnya. Padahal jelas-jelas aku tahu bahwa kamu sudah memilih dia dan hanya menganggapku seorang sahabat perempuan.

Minggu, 20 Januari 2013

Hari ke 16 : Harusnya



Harusnya sampai kapan aku harus menunggumu? Kamu membiarkan kita berada pada abu-abu. Padahal jelas-jelas aku tahu hatimu berada dalam rasa warna-warni. Akupun yakin kalau kamu juga sebenernya tahu bahwa aku juga berada diantara warna-warna itu. Tapi kamu membiarkan aku bebas, sendiri dan kesepian. Kamu sama sekali tidak peduli dengan hatiku yang sudah berharap banyak padamu.

Sabtu, 19 Januari 2013

Hari ke 15 : Will You .... ?



Aku dan kamu bertemu di sekolah ini, tempat kamu mengajar. Aku adalah guru pindahan. Kita mengajar mata pelajaran yang sama, Bahasa Inggris. Aku banyak bertanya padamu tentang sistem mengajar dan kebiasaan yang ada di sekolah ini. Awal-awalnya aku mendekatimu karena mata pelajaran yang kita ajarkan sama, lalu sering sharing. Dari situ awalnya kita lalu menjadi dekat. Semakin dekat, sering hangout bareng, kadang mengoreksi ujian sama-sama.
Apalagi kalau sudah awal semester kita pasti sama-sama kelimpungan mengerjakan RPP. Hal yang paling nggak kamu suka, semenjak KKN waktu kuliah dulu, hehe. Kalau sudah begitu, aku hanya akan tersenyum dan terus saja melanjutkan mengerjakan sambil terus memotivasimu. Hari minggu kita akan terus berada di apartemenmu untuk terus mengerjakannya.

Jumat, 18 Januari 2013

Hari ke-14 : Magentaku



Lilin temaram itu seperti tersenyum, bukankah indah dilihat dari disudut mata? Bukankah begitu, magentaku? Kita berdua terhanyut dalam dingin malam, menelisik kisah di ujung gang. Melangkahkan kaki menuju arah yang tak ditentukan. Kau selalu begitu. Selalu bisa membuatku bertanya-tanya tentang arti dari lakumu, dari caramu menembus retinaku.
Kadang kita bermain-main di sudut senja, tempat favorit kita. Menikmati bisikan ombak yang menyapu kaki-kaki kita. Lalu angin yang menghempas wajah kita. Kita sama-sama terpesona olehnya. Termenung saja tanpa kata yang terucap. Bukankah indah, magentaku?

Selasa, 15 Januari 2013

Hari ke-13 : Senja Berpulang



usai sudah hujan di ujung senja
namun aroma itu
tak ingin segera beranjak
masih saja berkutat di meja letihku,
tak sampai lelah aku merasakannya

Hari ke-12 : Bolehkah Aku?



Bolehkah aku merinduimu dengan caraku?
Seperti tumbuhan yang rindu akan datangnya hujan
Atau seperti malam yang rindu akan bulan dan bintang

Hari ke-11 : Sahabat

Aku bertemu denganmu ketika kita berdua masih muda. Kita sama-sama di Fakultas ini. Ya, kita sekelas waktu kita semester satu. Berada satu kelompok di PK2MABA (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru). Kita selalu bersama waktu itu. Kamu membagi ceritamu dan aku juga melakukannya.
            Kita belanja bersama, berjalan menuju kampus bersama, makan siang bersama, mengerjakan tugas bersama, tidur bersama, hang out bersama. Aku dan kamu seperti tak terpisahkan. Aku mengerti kamu dan kamu mengerti aku.

Hari ke-10 : Manisku


Aku mengelus fotomu, sayangku. Aku rindu padamu, begitu rindu seperti rindu udara untuk dihirup. Aku ingin tahu bagaimana kabarmu. Aku ingin memandang lagi wajahmu. Aku ingin mendengar lagi gelak tawamu. Kamu adalah anugrah terindah dari Tuhan yang pernah ku miliki. Bagaimana aku bisa memberitahumu bahwa kamu begitu berarti  untukku?

            Mungkin salahku atau memang begini takdir yang diberikan Tuhan kepada kita? Hanya diharuskan bertemu sesaat saja. Hatiku ngilu ketika akhirnya aku memandangmu untuk terakhir kalinya. Air mataku luruh begitu saja sesaat akhirnya aku menyadari kamu sudah tak ada lagin disisiku.

Minggu, 13 Januari 2013

Hari ke–9 : Cerita Tentang Sahabat



Ingat tidak ketika kaki-kaki kecil kita menyentuh ombak itu? Kita berlarian saling mengejar. Tertawa-tawa di pantai yang menjadi kerajaan kita. Kita membangun sebuah istana dari pasir. Perlu beberapa jam untuk menyelesaikannya, tak peduli dengan terik yang menyengat. Nanti, kalau kita akhirnya pulang terlalu sore, ibu kita akan marah-marah. Tapi kita tetap melakukannya setiap hari. Aku pikir kamu adalah teman yang sangat mengasyikkan. Jadi, sejak saat itu aku mengukuhkanmu menjadi sahabat sejatiku.

Kamis, 10 Januari 2013

Hari ke-8 : Jangan Pergi (2)



Aku menghindarimu hari berikutnya. Sampai pada hari ke tiga, akhirnya kamu menemukanku di halte aku biasa menunggu angkot.
“Aku anterin yuk” katamu.
Aku diam saja sambil menggeleng.
“Kamu kenapa sih? Menghindariku tiga hari ini?” ujarmu dengan nada sedih.
“Nggak papa” aku membuang muka.
“Kamu ada masalah apa?” aku masih diam dan menggelengkan kepala.

Hari ke-7 : Jangan Pergi (1)



Aku bertemu kamu ketika aku masuk klub drama. Ketika itu Kita masih sama-sama siswa baru sekolah menengah atas. Kamu memang tampan dan banyak cewek-cewek yang menyukaimu, termasuk aku. Tapi aku tak seperti cewek-cewek itu yang berteriak-teriak histeris ketika kamu lewat, atau melakukan hal-hal lebay lainnya. Aku terlalu menjunjung harga diriku.
Waktu itu ada pementasan sekolah ketika akhirnya kamu terpilih menjadi Romeo dan aku Juliet-nya. Kalau begini rasanya aku ingin berteriak histeris seperti cewek-cewek itu. Tapi tidak, aku malah berusaha biasa saja menghadapimu di panggung. Aku menjadi merasa menjadi perempuan paling beruntung sedunia. Yah, setidaknya aku bisa membuat cewek-cewek lain iri, karena aku bisa dengan mudah ngobrol denganmu sekarang.

Rabu, 09 Januari 2013

Hari ke-6 : Aku Bahagia

Kamu menjemputku siang itu. Hey, sudah lama sekali semenjak pertemuan terakhir kita, ya dua minggu yang lalu. Mungkin, itu agak lebay. Tapi tidak akan berlaku pada seseorang sedang merasakan jatuh cinta. Dan ya, aku melihatmu di depan pagar kosku. Kamu memakai kaos biru favoritmu – favoritku juga sih sebenernya hehe.
          Aku tak berani memandangmu dari kejauhan. Tahu gak sih, aku tuh selalu aja ngerasa gugup saat akan bertemu denganmu. Makanya aku tak pernah memandangmu dulu, dag dig dug haduuuhh... sedang menenangkan hatiku sendiri.

Selasa, 08 Januari 2013

Hari ke-5 : Bertemu Denganmu



            Aku menubrukmu waktu itu ketika kita pertama kali bertemu. Aku tak tahu bagaimana kisah kita selanjutnya setelah ini. Aku tak pernah memikirkannya hingga aku bertemu lagi denganmu. Saat itu motormu bermasalah dan aku membantumu memperbaikinya. Aku memandangmu lekat dan aku baru merasakan bahwa aku telah mulai jatuh cinta padamu. Duniaku seakan berhenti ketika aku melihatmu.
            Hari demi hari aku berusaha untuk melupakan rasa itu. Karena aku bahkan tak mengenalmu, kita juga hanya bertemu dua kali. Tapi aku tak tahu mengapa akirnya hatiku menjatuhkan pilihan padamu. Sudah sekian lama aku tidak ingin menjalin hubungan dan tak merasakan rasa ini. Tapi kamu menyeretku ke sudut ini. Bayanganmu yang selalu mengangguku di meja letih.

Senin, 07 Januari 2013

Hari Ke-4 : Berbeda



Aku memandangmu lekat dari sudut ini. Seketika dadaku membuncah seolah ada desir ini, tenang ini dan bahagia ini. Semua bercampur aduk begitu saja, ada terselip rasa takut yang membuat lamunanku pergi diterbangkan bersama angin semilir di pantai ini. Aku lalu mengalihkan pandanganku pada ombak. Pada nyanyian indah alam yang tak pernah berhenti bersenandung pada langit.
Rasa takut itu lalu menjalar ke seluruh tubuhku. Yang kusadari kemudian adalah kenyataan bahwa kita memang berbeda sejak awal. Aku tahu kita tak akan pernah berhasil jika bersama. Aku tahu ini semua akan percuma saat kita menjalaninya. Tapi kamu selalu saja mampu menyakinkanku, menenangkanku, menghapus air mataku, bagaimana bisa aku meninggalkanmu jika kamu masih saja bersikap seperti ini padaku.

Minggu, 06 Januari 2013

Hari ke-3 : Lelaki dalam Elegi

Aku disini sekarang, masih menunggumu untuk menepati janji kita waktu itu. Tapi kamu tak datang, dan tak akan pernah datang. Ya, aku tahu persis itu. Aku memaafkanmu, aku hanya kembali ke memori saat kita saling tertawa bersama. Lalu bergandengan tangan di depan semua orang, seperti kamu ingin menunjukkan bahwa aku adalah milikmu.
Kita pergi kemana saja, kemana saja… Ada banyak hal yang telah kita lewati. Sedih, tangis, dan tawa, semuanya tercampur begitu saja didadaku. Membuncah, aku merasakan bahagia memenuhiku. Rasanya aku bernafas tidak dengan udara, tapi dengan bahagia. Dan barang-barang ini, satu per satu mereka menceritakan tentang kita ketika ku pegang. Bahkan semilir angin seolah membisikkan namamu.

Sabtu, 05 Januari 2013

Hari ke-2 : Waktu Itu



Aku memandang kosong ke arah taman saat kamu datang dan duduk disebelahku. Kamu pura-pura mendengarkan musik dengan headphone merah kesayanganmu. Aku rikuh, tapi diam saja saat kamu tiba-tiba bertanya, “Ada kuliah apa hari ini?” aku diam saja dan tersenyum. Tak lama aku pergi duluan, tanpa menjawab pertanyaanmu. Aku tahu kamu dari fakultas lain dan taman ini diantara fakultas kita.

Jumat, 04 Januari 2013

Hari ke-1 : Kisah Cinta



 Di dunia ini sudah lahir beribu kisah cinta. Dari belahan dunia mana saja dan pula berlangsung berabad-abad kemudian. Setiap individu dari makhluk di bumi memiliki kisah cintanya masing-masing. Entah kisah itu berasal dari pahit lalu bahagia, ada juga yang merasakan bahagia dulu, lalu pahit, lalu kembali bahagia.
Ah, cinta memang tak pernah selesai jika diungkapkan. Takkan pernah habis dan pula takkan cukup kata-kata yang tercipta di dunia ini untuk mengungkapkannya. Semua hanya hati yang rasa, ya disini tepat di bagian tengah dada yang disebut ulu hati. Padahal hati ada di samping kiri perut, kalau yang itu sih namanya jantung, hehe iya, bukan ?