Waktu itu, kamu bilang, kosmu deket dari kos ku. Aku percaya
dan aku marah saat kamu baru datang setengah jam kemudian. Aku menekuk mukaku
saat itu. Waktu itu, aku belum tahu seberapa dekat yang kamu maksud. Karena
kamu masih mengaku cukup dekat jika hanya untuk menemuiku.
Waktu itu, kamu bilang, deket kok
tempat ketemuan kita waktu itu dan kamu jalan untuk menuju kesana menemuiku.
Dan aku masih nggak tahu seberapa jauhnya kamu harus berjalan waktu itu untukku.
Kamu marah, saat aku membatalkan janjiku. Wajar, aku tahu aku salah. Tapi kamu
bilang nggak apa-apa, kosmu dan tempat kita ketemuan deket kok.
Waktu itu, aku tidak tahu
seberapa besar pengorbananmu untukku. Waktu itu, aku masih tidak tahu ternyata
jarak sejauh ini yang harus kamu tempuh. Waktu itu aku masih terlalu kenakanan
untuk mengerti kamu. Dan kamu dengan sabar menuruti kemauanku. Salahku, melepaskanmu.
Salahku, membuatmu terluka berkali-kali hingga kamu membalasnya pula padaku.
Tapi kamu bertahan. Kamu yakin padaku. Ya, aku yakin padamu tapi tak seyakin
kamu kepadaku.
Maafkan aku, membuatmu menangis.
Maafkan aku melukaimu. Maafkan aku.
Dan kamu akan bilang “nggak
papa”, kemudian aku yang akan merasa sangat bersalah telah melukaimu. Sesungguhnya,
aku tak mampu memaafkan diriku sendiri jika kamu berkata seperti itu.
0 komentar:
Posting Komentar