Bisakah dijelaskan ketika kamu
merasakan bahwa dialah Mr Right mu? Padahal dia yang dulu adalah dia yang
selalu menyakitimu, paling sering membuatmu menangis daripada mantan-mantan
kekasihmu yang lain. Dia harusnya TIDAK untuk dipilih. Tapi, hati selalu mengatakan,
ya dialah tujuanmu. Bisakah dijelaskan yang seperti ini, bintang?
Kamu bilang, kalau memang kita berjodoh, pasti tak akan kemana. Lalu, apakah benar jodoh itu adalah jodoh dalam hal “cinta” dan “hati” ? atau kita hanya berjodoh untuk bertemu saja, tanpa ikatan seperti dulu?
Aku tidak mengerti yang mana yang kamu maksud.
Tapi kemudian, kita tetap berpisah. Melangkahkan kaki di jalan masing-masing tanpa lagi saling menoleh dan peduli. Padahal dulu kamu mengatakannya seperti bersungguh-sungguh di depanku. Ya, tapi janji tetaplah janji, bukan ?
Beberapa waktu berselang, mengapa aku mulai ragu dengan perkataanmu? Aku takut jika kamu benar-benar beranjak pergi dariku. Aku takut, kamu memang bukan orangnya. Aku takut, dengan cepat kamu berpaling dan menemukan pilihanmu sendiri, dan bagaimana dengan aku?
Tapi aku terdiam, menenangkan hati sayangnya air mataku sudah terlanjur terkoyak. Maka luruhlah ia membentuk aliran-aliran tipis di kedua pipiku. Pelan-pelan aku bertanya pada diriku sendiri, mengapa aku seperti ini? Dan mengapa kamu?
Kamu itu, ah… aku sampai tak mampu menuliskannya. Taukah, aku harus berpikir lama untuk mendeskripsikan kamu di hidupku?
Taukah kamu, tiap ku putar lagu “Back to December” nya Taylor Swift di ponselku, aku merasa ceritanya mirip dengan kita? Kadang aku hanya tersenyum simpul, mengingat kembali memori-memori yang telah lama pudar namun tetap ku simpan simpat rapi di sudut hatiku yang terdalam. Siapa yang salah? Dan siapa yang benar? Haruskah dipertanyakan? Ataukah memang hati yang salah? Aku tidak tahu. Aku selalu dibiarkan bertanya-tanya tentangnya.
Kamu bilang, kalau memang kita berjodoh, pasti tak akan kemana. Lalu, apakah benar jodoh itu adalah jodoh dalam hal “cinta” dan “hati” ? atau kita hanya berjodoh untuk bertemu saja, tanpa ikatan seperti dulu?
Aku tidak mengerti yang mana yang kamu maksud.
Tapi kemudian, kita tetap berpisah. Melangkahkan kaki di jalan masing-masing tanpa lagi saling menoleh dan peduli. Padahal dulu kamu mengatakannya seperti bersungguh-sungguh di depanku. Ya, tapi janji tetaplah janji, bukan ?
Beberapa waktu berselang, mengapa aku mulai ragu dengan perkataanmu? Aku takut jika kamu benar-benar beranjak pergi dariku. Aku takut, kamu memang bukan orangnya. Aku takut, dengan cepat kamu berpaling dan menemukan pilihanmu sendiri, dan bagaimana dengan aku?
Tapi aku terdiam, menenangkan hati sayangnya air mataku sudah terlanjur terkoyak. Maka luruhlah ia membentuk aliran-aliran tipis di kedua pipiku. Pelan-pelan aku bertanya pada diriku sendiri, mengapa aku seperti ini? Dan mengapa kamu?
Kamu itu, ah… aku sampai tak mampu menuliskannya. Taukah, aku harus berpikir lama untuk mendeskripsikan kamu di hidupku?
Taukah kamu, tiap ku putar lagu “Back to December” nya Taylor Swift di ponselku, aku merasa ceritanya mirip dengan kita? Kadang aku hanya tersenyum simpul, mengingat kembali memori-memori yang telah lama pudar namun tetap ku simpan simpat rapi di sudut hatiku yang terdalam. Siapa yang salah? Dan siapa yang benar? Haruskah dipertanyakan? Ataukah memang hati yang salah? Aku tidak tahu. Aku selalu dibiarkan bertanya-tanya tentangnya.
0 komentar:
Posting Komentar