Kamu. Kenapa kamu membohongiku? Kenapa kamu membiarkanku
dibutakan oleh semua sikapmu? Dan lalu kenapa kamu diam? Tiga tahun, magentaku.
Bukan waktu yang yang singkat, banyak cerita yang bisa kita ukir, canda, tawa,
bahagia, amarah, tangis…
Lalu,
kenapa baru datang sekarang, saat kamu telah bersamanya? Apakah aku yang dulu
datang di waktu yang salah sehingga kamu pula melewatkanku begitu saja?
Kamu.
Jangan lagi menebak-nebak apa yang sedang ku pikirkan atau rasakan. Kamu.
Tolong jangan buat keadaan menjadi kacau. Kamu. Tidak sepantasnya kamu katakan
mencintaiku disaat aku sudah menghilangkan rasa itu. Dan bukankah kamu telah
menemukan cinta baru? Tak sepantasnya kamu menghianati cintanya hanya untuk
mengejarku.
Kamu. Maafkan
aku jika aku tidak membalas sms-sms mu lagi, juga telfonmu. Bukan karena aku
marah. Tapi karena kamu sahabat sehidup sematiku – seperti yang kamu katakan
minggu lalu padaku.
Sudah
terlalu terlambat jika datang sekarang, walau hatiku memang belum ada yang
memiliki, tapi sepantasnya kah kamu menghianati cintanya? Tidak, magentaku.
Luruhkan…
ini sudah malam. Bukan lagi magenta yang berkuasa di langit senja. Luruhkan
magentaku, karena, tidak sepantasnya seperti ini.
0 komentar:
Posting Komentar