Pages

Jumat, 28 Desember 2012

Memoriku



Sore ini hujan lagi, untuk yang kesekian kalinya. Masih hujan, bukannya bertambah reda tapi ia malah bertambah deras mengguyur senja yang seharusnya menjadi penyekat malam. Aku resah merasakan hawa dingin yang tiba-tiba saja menusuk tubuhku. Aku sendirian, meringkuk dibalik selimut cokelat motif bungaku. Tidak memberi kabar, tidak pula ada yang mau menjamah.
Aku merasa lelah sekali hari ini. Ingin ku pejamkan mataku, tapi… yang muncul adalah senyummu. Aku memandang puding cokelat buatanku di meja. Aku tersenyum sendiri. Kamu pernah memintaku untuk membuatkannya. Yang paling membuatnya sempurna adalah senyummu saat menikmatinya. Aku bahagia sekali bisa menjadi penyemangatmu. Tapi sekarang, bisakah ? …

Ingatanku kembali membuka memori-memori itu. Kamu selalu suka masakan buatanku. Padahal cuma masakan sederhana. Maaf ya, aku masih belum terlalu mahir membuat masakan kesukaanmu. Tapi kamu tetap melahapnya sampai habis. Kamu seperti telah menerimaku apa adanya. Dan aku malah merasa menjadi sangat sempurna denganmu.
Kemudian waktu itu, wajahmu ditekuk. Aku bilang tak apa. Tapi kamu malah merasa semakin bersalah. Kamu menunduk dan mengatakan merasa sangat bersalah kepadaku karna menjatuhkan handphone ku. Aku bilang, tak apa, memang sudah biasa jatuh. Kamu tak perlu merasa bersalah begitu. Tapi kamu tetap diam. Aku memegang pipimu, lalu kamu memandangku sayu. Tak ada yang bisa kukatakan. Aku hanya langsung memelukmu, berusaha menenangkanmu. Dan kamu juga begitu, memelukku dengan erat dan tulus.
Saat itu, aku pertama kalinya merasakan dipeluk olehmu. Bukan, bukan karna aku yang memelukmu terlebih dahulu. Tapi bahasa tubuhmu dan eratnya pelukanmu yang membuatku bisa memahami apa yang sedang kamu rasakan.
Sudah jangan bicara lagi. Aku mengelus punggungmu, berusaha membuat rasa bersalahmu musnah. Sudah, nggak papa. Trust me. Aku tersenyum memandangmu setelah melepaskan pelukanmu. Kamu berusaha tersenyum meski aku tahu kamu memaksanya.
Hey, aku suka cara ngambekmu, cara merasa bersalahmu, cara tersenyummu, cara mengapresiasimu… Aku malah semakin merindukannya ketika kita tak bertemu seperti ini. Hey, aku barusan bilang ‘rindu’ yah ? hehe, jadi malu. Sudah ah, kalau sudah begini aku pasti akan salah tingkah di depanmu. Tersipu malu dan semburat merah diwajahku akan semakin kentara. Lalu kamu akan kamu akan semakin menggodaku, ‘hayooo, salting ya… cieee’. Tawaku akan semakin lebar, hehe… kamu selalu tahu bagaimana cara menghadapiku.
Hey, kini pun walau aku tak bertemu denganmu, bahkan mengingatmu saja sudah bisa membuatku tersenyum dan tersipu malu J

0 komentar:

Posting Komentar