Sore ini hujan lagi, untuk yang
kesekian kalinya. Masih hujan, bukannya bertambah reda tapi ia malah bertambah
deras mengguyur senja yang seharusnya menjadi penyekat malam. Aku resah
merasakan hawa dingin yang tiba-tiba saja menusuk tubuhku. Aku sendirian,
meringkuk dibalik selimut cokelat motif bungaku. Tidak memberi kabar, tidak
pula ada yang mau menjamah.
Aku merasa lelah sekali hari ini.
Ingin ku pejamkan mataku, tapi… yang muncul adalah senyummu. Aku memandang
puding cokelat buatanku di meja. Aku tersenyum sendiri. Kamu pernah memintaku
untuk membuatkannya. Yang paling membuatnya sempurna adalah senyummu saat
menikmatinya. Aku bahagia sekali bisa menjadi penyemangatmu. Tapi sekarang,
bisakah ? …
Ingatanku kembali membuka
memori-memori itu. Kamu selalu suka masakan buatanku. Padahal cuma masakan
sederhana. Maaf ya, aku masih belum terlalu mahir membuat masakan kesukaanmu.
Tapi kamu tetap melahapnya sampai habis. Kamu seperti telah menerimaku apa
adanya. Dan aku malah merasa menjadi sangat sempurna denganmu.
Kemudian waktu itu, wajahmu
ditekuk. Aku bilang tak apa. Tapi kamu malah merasa semakin bersalah. Kamu
menunduk dan mengatakan merasa sangat bersalah kepadaku karna menjatuhkan
handphone ku. Aku bilang, tak apa, memang sudah biasa jatuh. Kamu tak perlu
merasa bersalah begitu. Tapi kamu tetap diam. Aku memegang pipimu, lalu kamu
memandangku sayu. Tak ada yang bisa kukatakan. Aku hanya langsung memelukmu,
berusaha menenangkanmu. Dan kamu juga begitu, memelukku dengan erat dan tulus.
Saat itu, aku pertama kalinya
merasakan dipeluk olehmu. Bukan, bukan karna aku yang memelukmu terlebih
dahulu. Tapi bahasa tubuhmu dan eratnya pelukanmu yang membuatku bisa memahami
apa yang sedang kamu rasakan.
Sudah jangan bicara lagi. Aku
mengelus punggungmu, berusaha membuat rasa bersalahmu musnah. Sudah, nggak
papa. Trust me. Aku tersenyum memandangmu setelah melepaskan pelukanmu. Kamu
berusaha tersenyum meski aku tahu kamu memaksanya.
Hey, aku suka cara ngambekmu, cara
merasa bersalahmu, cara tersenyummu, cara mengapresiasimu… Aku malah semakin
merindukannya ketika kita tak bertemu seperti ini. Hey, aku barusan bilang
‘rindu’ yah ? hehe, jadi malu. Sudah ah, kalau sudah begini aku pasti akan
salah tingkah di depanmu. Tersipu malu dan semburat merah diwajahku akan semakin
kentara. Lalu kamu akan kamu akan semakin menggodaku, ‘hayooo, salting ya…
cieee’. Tawaku akan semakin lebar, hehe… kamu selalu tahu bagaimana cara
menghadapiku.
Hey, kini pun walau aku tak bertemu
denganmu, bahkan mengingatmu saja sudah bisa membuatku tersenyum dan tersipu
malu J
0 komentar:
Posting Komentar