Pages

Sabtu, 21 Juli 2012

Siapa yang Bodoh ?


“Sudahlah, kita tak seharusnya seperti ini. Kita terlalu sering bertemu, terlalu sering bertukar pesan, terlalu sering hang out, pokoknya aku terlalu sering bersama kamu. Pantas saja dia cemburu. Kau tahu kan aku mencintainya. Maafkan aku” ujarmu di sela embun yang menetes membasahi pipimu.
“Minta maaf untuk apa ? Sudah jangan menangis” ujarku. Aku segera mendekat padamu. Berdiri membelakangimu, menutupimu yang sedang menangis dari mata orang-orang di café siang itu. Aku tahu benar jika kamu mencintainya dan kamu akan lebih memilih dia daripada aku. Walau sejuta kata yang kau katakan bahwa kau telah dilukai olehnya berkali-kali, dan juga sejuta kata yang keluar dari mulutku untuk menenangkanmu, kamu tetap tak akan pernah mengerti.

Kamu tak akan pernah mengerti bahwa dia tidak pantas untukmu. Bahwa dia bukalah yang terbaik untukmu. Kamu terlalu bodoh untuknya. Ya, Kamu Bodoh. Kamu bodoh karena kamu terlalu percaya bahwa dia orangnya. Dia orangnya yang akan menjadi tujuan hidupmu. Sadarlah ! Aku ingin berteriak, tapi tak selalu saja aku tak mampu.
Sadarlah bahwa dia tak pantas untukmu. Bagaimana bisa kamu bertahan untuk seseorang yang selalu membuatmu menangis? Bagaimana bisa kamu bertahan dengan orang yang seperti itu? Hatiku ikut terluka, tanganmu semakin kuat memegang t-shirt ku. Aku kini sudah tak peduli jika t-shirt ku akan basah karena embunmu. Aku hanya ingin kau berhenti menangis. Ku mohon berhentilah !.
Kenapa kamu harus mengatakan ini jika kamu tak ingin, bicara saja sambil menangis, bicara menatap mataku saja kau tak sanggup. Mau berapa kali lagi kamu akan membohongi dirimu sendiri? Kamu bahkan membohongi hatiku dan hatimu. Kamu membohongi 2 hati !.
Aku sudah tak kuat menutupimu, aku berbalik dan mengajakmu beranjak.
Dan kisah selanjutnya bisa ditebak. Kamu benar-benar pergi  dari sisiku. Seperti cerita lama yang selalu diulang-ulang. Aku diam saja, ya memangnya apa yang bisa kulakukan? Aku bukan siapa-siapa bagimu. Kamu bahkan tak pernah memperhitungkan perasaanku. Kamu selalu melewatkanku. Kamu hanya menjadikanku tempat singgahmu. Dan aku selalu menerimanya, aku tak bisa menolakmu. Aku tak mampu.
Ada satu pertanyaan yang kemudian menelisikku. Sekarang, siapa yang bodoh?

0 komentar:

Posting Komentar