Pages

Minggu, 22 Juli 2012

Percayalah


Kenapa masih saja kamu berkata ragu padaku ? Kenapa masih saja kamu seperti itu ? tak cukup pantaskah aku disisimu ? jika iya, kenapa dulu kamu mau menyatukan hati denganku ? Aku bertanya dan bertanya tapi kamu tak kunjung menjelaskan. Hati ini semakin rapuh dan yakin akan kebimbangan yang kau rasakan. Kalau memang bimbang akan mampu bahagia bersamaku, kenapa tak kau katakan padaku? Kenapa tak pergi saja dan cari yang memang benar-benar bisa membuatmu bahagia?

Pertanyaan tentang hatimu semakin banyak, panjang dan rumit saja bersarang di otakku. Membuatku semakin tak karuan. Aku benci seperti ini. Kamu membuat hatiku semakin teriris pilu. Aku memberikan seluruh hatiku padamu. Sayangnya kamu hanya membalasnya dengan setengah hati. Dan aku menerimanya. Aku semakin runtuh menunggu jawabanmu yang sudah terlalu lama kau tunda untuk kau nyatakan padaku.
Kamu, aku mohon hentikan ini semua. Aku selalu benci menunggumu seperti ini. Bukankah sudah ku katakan berkali-kali bahwa aku benci menunggu? Tapi kamu selalu membuatku menunggu. Lebih baik aku tahu jawabannya. Jika “iya” berarti senyuman, jika “tidak” artinya tetesan embun. Tapi tak apa, itu lebih baik, karena aku tak perlu menunggu lagi setidaknya. Dan aku akan bisa menata ulang hatiku padamu. Aku akan tahu bagaimana aku seharusnya bersikap, jika aku sudah tahu jawabannya.
Aku harus seperti apa lagi, aku serba salah dihadapanmu. Aku tak ingin abu-abu. Jadilah hitam atau putih. Jika kamu sempat bertanya padaku apa yang kurasakan, akan ku jawab tanpa ragu bahwa aku mencintaimu, dan aku menjanjikan kesetiaan padamu. Aku yakin padamu, karna bersamamu terasa begitu nyaman, kamu sangat pandai melukiskan senyum di wajahku.  Aku belum bertemu yang demikian, selain kau tentunya. Paling tidak hidupku menjadi lebih berwarna dari sebelumnya.
Aku yakin padamu, jangan bertanya lagi. Kini yakinkan hatimu padaku. Yakinkan aku jika kamu memang yakin pula padaku. Jika kamu mencintaiku sama dengan dan kamu yakin aku setia. Karna memang begitulah , aku setia padamu. Aku tak peduli pada janjiku dulu dengan dia. Dia sudah meninggalkanku dan sudah tidak berhak lagi atasku. Dia hanya pembual, dan aku yakin kamu bukan orang seperti dia.
Dia. Dia. Dia. Siapapun dia sekarang, yang kulihat hanya kau!
Sudahlah. Kembalilah, aku sudah lelah seperti ini. Masalah ini terlalu kecil untuk kita perdebatkan. Runtuhlah amarah bersemilah lagi bahagia dan ceria. Karna hati telah kau miliki jangan buang waktu lagi.

0 komentar:

Posting Komentar