Kenapa masih saja
kamu berkata ragu padaku ? Kenapa masih saja kamu seperti itu ? tak cukup
pantaskah aku disisimu ? jika iya, kenapa dulu kamu mau menyatukan hati
denganku ? Aku bertanya dan bertanya tapi kamu tak kunjung menjelaskan. Hati
ini semakin rapuh dan yakin akan kebimbangan yang kau rasakan. Kalau memang
bimbang akan mampu bahagia bersamaku, kenapa tak kau katakan padaku? Kenapa tak
pergi saja dan cari yang memang benar-benar bisa membuatmu bahagia?
Pertanyaan tentang
hatimu semakin banyak, panjang dan rumit saja bersarang di otakku. Membuatku
semakin tak karuan. Aku benci seperti ini. Kamu membuat hatiku semakin teriris
pilu. Aku memberikan seluruh hatiku padamu. Sayangnya kamu hanya membalasnya dengan
setengah hati. Dan aku menerimanya. Aku semakin runtuh menunggu jawabanmu yang
sudah terlalu lama kau tunda untuk kau nyatakan padaku.
Kamu, aku mohon hentikan ini semua.
Aku selalu benci menunggumu seperti ini. Bukankah sudah ku katakan berkali-kali
bahwa aku benci menunggu? Tapi kamu selalu membuatku menunggu. Lebih baik aku
tahu jawabannya. Jika “iya” berarti senyuman, jika “tidak” artinya tetesan
embun. Tapi tak apa, itu lebih baik, karena aku tak perlu menunggu lagi
setidaknya. Dan aku akan bisa menata ulang hatiku padamu. Aku akan tahu
bagaimana aku seharusnya bersikap, jika aku sudah tahu jawabannya.
Aku harus seperti apa lagi, aku
serba salah dihadapanmu. Aku tak ingin abu-abu. Jadilah hitam atau putih. Jika
kamu sempat bertanya padaku apa yang kurasakan, akan ku jawab tanpa ragu bahwa
aku mencintaimu, dan aku menjanjikan kesetiaan padamu. Aku yakin padamu, karna
bersamamu terasa begitu nyaman, kamu sangat pandai melukiskan senyum di
wajahku. Aku belum bertemu yang demikian, selain kau tentunya. Paling
tidak hidupku menjadi lebih berwarna dari sebelumnya.
Aku yakin padamu,
jangan bertanya lagi. Kini yakinkan hatimu padaku. Yakinkan aku jika kamu
memang yakin pula padaku. Jika kamu mencintaiku sama dengan dan kamu yakin aku
setia. Karna memang begitulah , aku setia padamu. Aku tak peduli pada janjiku
dulu dengan dia. Dia sudah meninggalkanku dan sudah tidak berhak lagi atasku.
Dia hanya pembual, dan aku yakin kamu bukan orang seperti dia.
Dia. Dia. Dia.
Siapapun dia sekarang, yang kulihat hanya kau!
Sudahlah. Kembalilah, aku sudah
lelah seperti ini. Masalah ini terlalu kecil untuk kita perdebatkan. Runtuhlah
amarah bersemilah lagi bahagia dan ceria. Karna hati telah kau miliki jangan
buang waktu lagi.
0 komentar:
Posting Komentar