Aku
berhenti mengikuti jejakmu di persimpangan jalan setapak ini. Aku akan memilih
sendiri jalanku, untuk menuju tujuanku. Aku tahu kamu tidak akan bertanya
mengapa aku pergi atau mengapa pada akhirnya aku memilih untuk tidak lagi ingin
mengikutimu. Karena kamu terlalu angkuh, terlalu kokoh, terlalu teguh.
Dan
aku yang terlalu berharap banyak pada keoptimisanku padamu. Bahwa aku bisa
meruntuhkanmu, bahwa aku bisa menggoyahkanmu. Nyatanya memang bisa, tapi kamu
tak pernah mengakuinya. Nyatanya memang bisa, tapi sikapmu padaku masih sama
angkuhnya. Nyatanya memang bisa, tapi kerakmu terlalu angkuh, kokoh dan teguh
untuk sekian kalinya ku coba runtuhkan dan sandingkan dengan hatiku.